Wednesday 5 September 2007

Festival Rumi 2007

FESTIVAL RUMI INDONESIA 2007

Tahun 2007 ditetapkan oleh UNESCO sebagai Tahun Rumi untuk menandai 800 tahun kelahiran salah seorang pujangga dan filsuf Jalaludin Rumi. salah seorang figur spiritual dan keilmuan yang dikenal karena karya-karyanya yang berisikan cinta, kemanusiaan dan perdamaian.

Perayaan yang di Indonesia diselenggarakan mulai bulan Agustus – Desember 2007 ini merupakan bentuk penghargaan dan kerja sama antar komunitas-komunitas, penerbit, universitas serta lembaga-lembaga kajian dalam menyosialisasikan pesan-persan cinta dan perdamaian sebagai bentuk pengayaan diri dan peningkatan nilai–nilai sosial budaya kemanusiaan. Secara umum, tujuan diselenggarakannya Festival Rumi 2007 adalah untuk menyosialisasikan seni budaya klasik Islam dan menyemangati masyarakat, terutama kalangan muda untuk mengeksplorasi nilai-nilai universal Tuhan sehingga bangsa Indonesia bangkit dari keterpurukannya.

Sejarah singkat Festival Rumi
Dalam surat nomor 14/01/2005 yang ditujukan peda Direktur Jenderal UNESCO, delegasi tetap Turki untuk UNESCO dan didukung oleh Menteri Luar Negeri Afghanistan meminta UNESCO untuk mengasosiasikan tahun 2007 denga 800 tahun kelahiran Jalaludin Rumi. Dengan mempertimbangkan kesesuaian permohonan dan kriteria yang yang diadopsi oleh Badan Eksekutif UNESCO di sidang sesi ke 159 maka Direktur Jenderal UNESCO, Koichiro Matsuura, menerima permohonan tersebut. Jika tahun 2006 dikenal sebagai Tahun Mozart Internasional, maka tahun 2007 diumumkan sebagai Tahun Rumi.

UNESCO menyatakan bahwa pujangga mistik Islam dan filsuf terkenal, Rumi, menyiarkan toleransi, akses ke pengetahuan melalui cinta. Hubungan mistisnya dalam Islam menghasilkan karya besar (masterpieces) yang melampaui batas negara Turki yang menandai budaya dan ketaatan Islam. Karya dan pemikirannya mempunyai relevansi universal hingga masa kini.

Maulana Jalaludin Rumi adalah filsuf Persia yang doktrin-doktrinnya berisikan toleransi tak terbatas, sikap positif, kebaikan, kedermawanan dan kesadaran melalui cinta. Bagi dia dan murid-muridnya, semua agama adalah benar dan pengajarannya yang penuh toleransi dan perdamaian menarik semua kalangan dari berbagai sekte dan aliran.

Rumi dilahirkan tanggal 30 September 1207 di Balkh (Afghanistan) yang didominasi oleh Kesultanan Persia dan meninggal tanggal 16 Desember 1273 di Konya (Turki) dimana dia menghabiskan tahun-tahun berharga hidupnya pada masa pemerintahan Kesultanan Seljuk. Di makam Rumi didirikan tugu peringatan yang setiap tahunnya menarik banyak sekali peziarah baik muslim maupun non muslim.

Rumi mencipta tari kerohanian yang kelak dikenal sebagai Tari Gasing Para Darwish (The Whirling Dervishes). Tarian ini melengkapi sama’. Rumi sering membacakan sajak-sajaknya yang lahir ketika ia mencapai ekstase (wajd) pada saat berlangsungnya acara sama’. Tarian Whirling Dervish atau Sama adalah bagian dari budaya, sejarah dan kepercayaan Turki dan terdaftar sebagai warisan budaya dunia UNESCO. Sama menjabarkan perjalanan mistis peningkatan spiritual manusia melalui pemahaman dan cinta menjadi sebuah “kesempurnaan”.

Rumi menuliskan hampir 40.000 lirik puisi dalam bahasa Persia dan karya-karyanya dikenal luas di Iran, Afghanistan dan Tajikistan bahkan di dunia barat karena karyanya yang membumi dan temanya dicintai oleh para pemuja mistisme (sufi). Melalui dua karya agungnya Divan-i Syams-i Tabriz dan Matsnawi-i Ma’nawi, dia berhasil membangun mazhab tersendiri dalam sejarah kesusastraan dunia, sebuah mazhab yang pengaruhnya melintasi batas-batas kebangsaan dan agama, serta menjangkau berbagai zaman. Selain karya-karya tersebut, Rumi juga meninggalkan warisan lain kepada para pengikutnya, yaitu sebuat tarekat, yang kemudian terkenal dengan nama Tarekat Mawlawiyah.

No comments: